Aliran Udara
Dear Readers,
Seni pengamatan interaksi bumi dan manusia sering juga disebut sebagai seni menata energi. Sebab seperti namanya, salah satu aspek yang sangat diperhatikan oleh seorang praktisi FengShui adalah mengenai aliran energi dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
FengShui sendiri merupakan sebuah istilah yang masih muda. Nama yang disematkan kepada teknik pengamatan bumi, yang dianggap lebih representatif dan tepat bagi dunia modern.
Secara harfiah, Feng berarti Angin, dan Shui berarti Air. Angin dan Air. Dua buah materi yang saling terhubung dan memiliki kaitan yang erat dengan energi.
Text kuno menyatakan bahwa energi dibawa oleh angin, dan diendapkan oleh air. Seorang praktisi FengShui senantiasa mengamati pola aliran udara pada sebuah site, dan berikut jika perlu menggunakan air untuk memperkuat dan melipatgandakan energi yang ada.
Pada pengamatan aliran udara, terdapat sebuah teknik atau acuan yang sering dijadikan patokan seorang praktisi FengShui, yaitu 臧風聚氣, Menyimpan Angin dan mengakumulasi Energi.
Sebuah site yang mampu menarik aliran udara, akan mampu menarik energi. Sebuah site yang terlebih mampu untuk menyimpan aliran udara, akan mampu mempertahankan energi yang telah memasukinya.
Kemampuan menyimpan udara ini, seringkali dikaitkan dengan kemampuan menyimpan wealth atau energi kekayaan. Sehingga sebuah rumah yang mampu menyimpan udara akan mampu menyimpan energi, dan akan mampu mengakumulasi kekayaan tanpa kebocoran.
Sebaliknya, sebuah site yang memiliki banyak kebocoran, energinya akan buyar. Sulit untuk menyimpan dan mengakumulasi kekayaan. Sebesar apapun wealth atau peluang yang masuk. Kondisi ini sering disebut sebagai kebocoran wealth.
Suatu ketika saya bersama seorang klien singgah mengunjungi kediaman pemuka masyarakat, yang juga merangkap pemuka agama. Sesungguhnya kunjungan ini terjadi di luar rencana saya karena saya secara pribadi bahkan tidak mengenal sang tuan rumah.
Rumah tinggal sang tokoh ini berada tak jauh dari site yang sedang saya kunjungi. Sehingga ketika sang klien mengajak saya untuk sekalian berkunjung ke kediaman kenalannya tersebut, mau tidak mau saya mengiyakan. Alasan pertama karena ada rasa sungkan kepada sang klien, namun alasan yang lebih besar adalah karena saya menumpang mobil miliknya.
Rumah tinggal ini dibangun pada sebuah tanah yang cukup luas, berada di atas tonjolan tanah yang membukit, sehingga memiliki view yang luas dan tak terhadang ke segala penjuru. Dibangun dengan gaya arsitektur modern minimalis, bergaya industrial. Tampilan luar didominasi oleh banyak penggunaan kaca dan bukaan. Memiliki taman yang luas di sekeliling rumah.
Rumah ini dibangun oleh arsitek kenamaan yang memang dikenal memiliki selera tinggi. Setiap detil design dan penggunaan bahannya terasa menyatu. Memberikan kesan high class dan elegant, sekaligus practical.
Sang tuan rumah yang baru saja menempati rumah tersebut sangat senang oleh kehadiran kami. Dengan ramah mempersilahkan kami masuk, sambil berkata, “Wah Mr Alves, mengapa anda baru nongol sekarang? Anda melewatkan acara open house saya minggu lalu!”
Klien saya, Mr Alves hanya tersenyum dan memperkenalkan saya kepada sang tuan rumah. Kami dipersilahkan masuk, mengikuti sang tuan rumah yang lalu membawa kami berkeliling sambil memamerkan seluk beluk design rumah barunya tersebut.
Seperti apa yang tampak di luar, bagian dalam rumah ini juga mengusung konsep modern dan terbuka. Ruangan-ruangan yang ada menyambung tanpa sekat. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan bahkan dapur menyatu dalam satu ruang terbuka yang luas. Kesan ini semakin dipertegas dengan langit-langit yang tinggi, dan jendela-jendela besar yang megah.
Setelah selesai berkeliling, sang tuan rumah mengajak kami duduk pada ruang keluarga yang menghadap ke taman samping. Di kejauhan nampak bentangan lapangan golf yang luas, lengkap dengan danau buatan yang tertata rapi. Jelas sekali bahwa rumah tinggal pada lingkungan yang indah ini tidaklah murah. Benar-benar sesuai untuk mereka yang memiliki kedudukan dan kekayaan seperti sang tuan rumah.
Setelah minuman disajikan, Mr Robert sang tuan rumah bertanya kepada kami, “Bagaimana pendapat anda berdua? Not Bad bukan?”
Mr Alves seperti mengelak pertanyaan tersebut, lalu memandang saya, bertanya, “Bagaimana menurut anda? Apakah rumah ini baik?”
Mendengar pertanyaan yang tidak biasa ini, Mr Robert memasang tampang heran. Lalu bertanya kepada saya, “Anda ini adalah arsitek atau designer?”
Dalam pemikiran sang tuan rumah, sosok yang dimintai keterangan mengenai sebuah rumah tinggal, tentu memiliki profesi yang tidak jauh dari bidang property.
“Bisa dibilang demikian.” Saya menjawab singkat sambil tersenyum.
“Ko Andrie ini adalah seorang ahli FengShui.” Mr Alves menjelaskan secara gamblang kepada sang tuan rumah. “Saya mengundang beliau untuk meninjau tanah saya yang berada di cluster sebelah. Rencananya saya ingin mulai membangun rumah pada tanah tersebut di tahun ini.”
“Oh!” Sang tuan rumah menjawab dengan ekspresi kaget.
Dalam hati saya menepuk jidat. Mr Alves memang adalah sosok yang lurus, namun terkadang terlalu terbuka. Bagi seorang pemuka agama yang fanatik seperti Mr Robert, melihat kehadiran seorang praktisi FengShui tentu seperti anjing melihat kucing. Banyaknya mitos yang beredar dan praktisi yang tidak bertanggung jawab telah merusak penilaian orang banyak mengenai seni ini.
Mereka dalam keserakahan dan atau kebodohannya mengisi benak masyarakat dengan informasi-informasi yang absurb, yang sulit diterima secara logika. Jangankan Mr Robert yang merupakan pemuka agama, saya sendiri sebagai seorang yang akrab terhadap seni metafisik sering merasa muak dengan mitos yang diciptakan oleh para “oknum” ini.
Sesuai dengan dugaan saya, respon sang tuan rumah berubah. Dengan nada dingin dan tak antusias, seperti hanya memberi muka kepada Mr Alves, ia memaksakan diri bertanya, “Bagaimana FengShui rumah saya?”
“Maaf. Hari ini kita tidak akan membahas FengShui. Jangan biarkan kebahagiaan anda akan rumah yang indah dan megah ini terganggu oleh komentar seorang praktisi konyol ini.” Saya menjawab dan menolak halus sang tuan rumah.
Namun ternyata penolakan ini malah semakin memperbesar rasa ingin tahu sang tuan rumah. Kali ini, ia malah menjadi penasaran dan sedikit memaksa, “Komentar apakah yang bisa mengganggu saya? Ada apa dengan rumah saya?”
Saya menyadari bahwa jawaban saya sebelumnya telah keliru. Buru-buru saya mengkoreksi, “Mohon perkataan saya sebelumnya jangan dimasukkan ke hati. Ketika berkeliling tadi, saya sama sekali tidak melakukan pengamatan secara FengShui. Sehingga tidak ada prediksi apapun mengenai rumah anda ini. Maksud perkataan saya tadi adalah, hari ini hari yang baik, anda menempati rumah yang indah dan baik, tak perlu memusingkan masalah yang absurb.”
Sang tuan rumah setelah mendengarkan perkataan ini, masih bersikeras lagi. Dan membutuhkan beberapa waktu lagi dari saya untuk menolak keinginan beliau untuk berkomentar mengenai FengShui, sampai akhirnya ia menyerah dan kami mengobrol mengenai hal lain.
Alasan penolakan pada hari tersebut bukanlah semata karena perbedaan keyakinan antara saya dengan sang tuan rumah. Namun juga berdasarkan azas kode etik. Sang tuan rumah adalah sosok yang sedang dalam kondisi berbahagia, menikmati pencapaiannya. Sangat lah tidak elok jika harus saya rusak dengan komentar apapun yang mungkin tidak berkenaan bagi dirinya.
Seorang praktisi harus mengerti kapan menutup mulut dan menahan diri. Tanpa niat dan permintaan resmi dari sang tuan rumah, sebaiknya tidak sembarangan berkomentar. Tidak dengan alasan apapun, dan terutama untuk memamerkan keahliannya.
Pada perjalanan pulang, Mr Alves yang duduk semobil dengan saya bertanya, “Ko Andrie, setelah saya pikir-pikir, saya mengerti alasan anda menolak untuk berkomentar mengenai FengShui rumah Mr Robert tadi.”
Ia lalu menyambung, “Namun jika boleh saya bertanya antara kita berdua saja, sebagai bahan pelajaran saya. Bagaimana kondisi rumah teman saya tadi jika ditinjau dari sisi FengShui?”
Saya menatap Mr Alves yang duduk di bangku kemudi. Tadinya saya hendak menolak berkomentar apapun. Namun dari raut wajahnya terpancarkan kesungguhan dan niat untuk belajar. Bukan sekedar ingin tahu, apalagi karena didasari oleh rasa usil.
Setelah meminta beliau berjanji untuk tidak menyampaikan apapun kepada sang teman, saya lalu berkata, “Pada teori kuno FengShui dikatakan bahwa sebuah rumah yang mampu menarik dan menyimpan angin, adalah rumah yang mampu menyimpan energi kemakmuran.”
“Menarik, berarti udara bisa memasuki sang rumah dari pintu utama sebagai mulut energi. Menyimpan, berarti udara yang masuk dari mulut energi depan, mampu diendapkan di dalam rumah. Tidak Buyar.”
“Berarti kediaman Mr Robert tadi sangat baik sekali?” Mr Alves menjawab setelah mendengarkan penuturan saya.
“Mengapa anda menganggap demikian?” Saya balik bertanya.
“Karena rumah tersebut dipenuhi oleh tiupan angin! Udara masuk dengan baik dari pintu utama, dan ketika tadi kita menghabiskan waktu di ruang tengah, saya bahkan merasakan aliran udara yang cukup kencang. Sungguh rumah yang memiliki ventilasi udara yang bagus!” Mr Alves menjawab dengan semangat, mendukung prediksinya.
“Anda separuh benar, dan separuh keliru.” Saya menjawab sambil tersenyum melihat Mr Alves yang mengernyitkan alis.
“Rumah Mr Robert memang sangat baik, karena angin mampu masuk dari depan pintu utama dengan tanpa terhalang. Namun sayangnya, angin kencang yang anda rasakan ketika sedang duduk di ruang tamu tadi bukanlah petanda baik. Itu adalah petanda bahwa udara tidak tersimpan di dalam rumah, dan energi buyar.”
Mr Alves sedikit terkejut mendengar hal ini, namun lalu bertanya lagi, “Apa indikasinya energi yang buyar?”
“Tidak ada gudang harta yang mampu menyimpan energi atau udara!” Saya menjawab.
“Apa pula indikasi tidak ada gudang harta?” Mr Alves bertanya lagi.
“Sesuai namanya, tidak mampu menyimpan kekayaan.” Saya menjawab singkat lagi.
Mr Alves kali ini menjawab dengan nada heran, “Saya kurang paham. Beliau memiliki reputasi yang sangat terkenal sebagai seorang tokoh agama. Ia memiliki sebuah tempat ibadah yang sangat ramai dikunjungi oleh umatnya yang fanatik. Penghasilannya setahu saya tidaklah sedikit. Sumber keuangannya sangat solid dan bahkan lebih aman dibandingkan pengusaha seperti saya.”
“Kondisi beliau lebih aman dikarenakan profesinya hanya ada kata uang masuk, tidak ada uang keluar. Tidak ada beban operasional, gaji karyawan dan bahkan penghasilannya juga bebas pajak.” Mr Alves masih menyambung. “Jika dikatakan rumahnya tidak bisa menyimpan kekayaan, rasanya saya kurang setuju.”
“Perkataan anda sungguh beralasan.” Saya menjawab Mr Alves. “Rumah beliau dengan mudah menarik angin yang masuk lewat pintu utama. Hal ini berarti energi mudah untuk masuk ke dalam rumah. Energi yang masuk ke dalam rumah, berarti peluang, kekayaan mudah untuk tertarik ke dalam rumah.”
“Namun sayangnya, energi yang masuk langsung terpecah dan buyar. Kebocoran jauh lebih besar dibandingkan energi yang masuk. Ada peluang datang, namun tak bisa menyimpan. Menempati rumah seperti ini, takutnya tak lama lagi akan muncul perubahan yang mengancam.”
“Kalau demikian saya harus memperingatkannya!” Mr Alves setengah berteriak dengan terkejut.
“Mohon untuk anda tidak melakukannya.” Saya menahan Mr Alves. “Setidaknya untuk saat ini. Sebab peringatan anda takutnya malah berakibat tidak konstruktif. Pertama karena beliau sedang berbahagia menempati rumah barunya, tak elok jika kita merusak kebahagiaan mereka. Dan kedua, belum tentu ia akan mempercayai apa yang saya ucapkan.”
Raut wajah Mr Alves tampak ragu dan serba salah. Sehingga saya menyambung untuk menenangkannya, “Begini saja. Mohon anda memantau kondisi Mr Robert. Jika dalam beberapa waktu ke depan muncul masalah yang menekan, anda boleh menceritakan kepadanya untuk saya carikan solusi. Demikian mungkin akan lebih efisien.”
Mendengar usul saya kali ini, Mr Alves manggut-manggut dan menyetujuinya. Sisa perjalanan berlalu dengan singkat, dan sesampai tujuan, kami berpisah.
Sekitar 6 bulan setelah peristiwa di atas, terjadi perkembangan yang kurang mengenakkan pada kondisi Mr Robert.
Ia mendapatkan tuduhan berselingkuh dengan salah satu umat yang notabene adalah wanita bersuami. Tidak cukup disana, skandal yang satu menguak skandal yang lain. Bersamaan dengan kehebohan yang terjadi, muncul tudingan dari beberapa umat yang lain, yang menyatakan bahwa mereka pernah menjadi korban pelecehan seksual orang yang sama tersebut.
Kesialan Mr Robert tidak berhenti disana, di tengah reputasi yang tercemar tersebut muncul persengketaan yang terjadi dengan beberapa orang terkait kepemilikan rumah ibadah yang ia kelola. Sengketa tidak mendapat titik temu, dan berlanjut ke pengadilan. Mata pencaharian utamanya terancam.
Kabar ini saya ketahui dari Mr Alves, yang ketika itu datang dan meminta bantuan saya untuk memperbaiki penataan FengShui rumah sang teman.
“Mr Alves, saya menghargai sikap anda yang setia kawan. Meskipun ia terkena musibah, anda masih dengan tulus mengulurkan bantuan. Orang seperti anda langka di zaman sekarang.”
Saya membuka pembicaraan pada hari Mr Alves datang meminta bantuan tersebut.
“Namun perlu anda ketahui, penataan FengShui bukanlah seperti sebuah sihir, yang ketika selesai dilakukan bisa serta merta menyelesaikan masalah yang ada. Persoalan teman anda adalah masalah pidana, yang muncul akibat dari perbuatan tidak terpujinya sendiri di masa lalu, yang sudah terjadi. Tidak ada FengShui apapun yang bisa membantu situasinya untuk lolos dari jeratan hukum.”
“Mengenai hal tersebut saya mengerti.” Mr Alves menjawab.
“Tujuan saya meminta kesediaan anda untuk membantu, adalah agar persoalan sengketa mata pencaharian yang ia alami dapat terselesaikan. Sebab anda pernah berkata bahwa rumah tinggal Mr Robert sulit untuk menyimpan harta. Kehilangan mata pencaharian tentu merupakan sebuah indikasi kebocoran yang sangat serius. Mohon kesediaan anda untuk berbuat sesuatu.”
Saya menghela nafas sejenak, lalu berkata, “Anda tidak salah. Masalah kebocoran harta bisa diatasi dengan penataan FengShui. Apalagi masalah yang ia alami sebenarnya hanyalah masalah perdata yang masih bisa mendapatkan titik temu penyelesaian.”
“Saya juga pernah berjanji untuk membantu teman anda ini ketika efek FengShui rumah tinggalnya telah mulai muncul menyerang. Saat dimana ia telah bisa lebih mempercayai seni ini. Melihat permohonan anda kali ini, tentu anda telah bercerita kepada Mr Robert mengenai apa yang pernah saya prediksikan?”
“Benar.” Mr Alves menjawab, “Kejadian yang demikian tepat, mau tidak mau membuat beliau percaya. Bahkan kedatangan saya ini adalah atas dorongan beliau.”
“Jadi ia telah mempercayai FengShui?” Saya bertanya lagi.
“Percaya! Apapun yang anda sarankan, akan ia lakukan.” Mr Alves menjawab cepat.
“Mendengar hal ini, sungguh hati ini mendapatkan kepuasan tersendiri. Namun, Mr Alves, saya harus memohon maaf sebesar-besarnya kepada anda.” Saya melanjutkan yang disambut oleh kernyitan dahi Mr Alves.
“Ketika mulai mempraktekkan ilmu ini, saya telah berjanji kepada diri saya sendiri, dan tentunya kepada para guru silsilah. Seluruh ilmu yang saya miliki, tidak akan pernah saya praktekkan untuk kejahatan, maupun sesuatu yang saya ketahui membantu kejahatan. Teman anda, Mr Robert melakukan sesuatu hal yang sulit untuk saya tolerir, yaitu kejahatan seksual. Bukan sekali pula. Jika saya membantunya menyelesaikan masalah kali ini, bukankah sama dengan saya membantunya untuk menciptakan korban-korban lain ke depannya?”
Mr Alves terhenyak. “Namun bagaimana jika ia berjanji untuk tobat? Tak bisakah anda membantunya? Memandang wajah saya?”
“Maaf. Tidak bisa.” Saya menggelengkan kepala. “Kebanyakan orang sulit untuk berubah jika belum menerima konsekuensi atas perbuatannya. Jika ia benar-benar bertobat, tunjukkan terlebih dahulu niat tersebut dengan menjalani proses hukum yang ada. Setelah itu, jika ada jodoh, saya bersedia mengaudit apapun yang anda minta.”
Mr Alves masih hendak menyela, namun saya buru-buru memotong dengan nada yang lebih tajam, “Mohon untuk anda tidak mendesak lagi. Jangan korbankan hubungan kita untuk hal ini.”
Mendengar hal ini Mr Alves terdiam, dan menyerah. Ia tahu bahwa ia tak bisa mendesak saya lagi. Setelah beberapa saat, ia pun pamit dengan raut wajah kecewa.
Kabar yang terdengar kemudian, Mr Robert kalah pada putusan pengadilan. Dan harus kehilangan tempat ibadah yang menjadi mata pencahariannya. Pada sisi lain, ia harus menghabiskan banyak biaya untuk berdamai menyelesaikan kasus dengan para korbannya. Selain rugi materi, reputasinya juga rusak sehingga ia tak bisa memiliki kesempatan untuk membuka rumah ibadah baru lagi di kota tersebut. Ia lalu memutuskan untuk menjual rumah megahnya tersebut, dan pindah ke luar negri.
Readers, sebuah rumah haruslah memiliki tempat untuk menyimpan udara. Hindari membangun rumah yang terlalu terbuka. Sebab rumah yang terlalu terbuka, sulit untuk menyimpan udara. Tidak memiliki gudang harta, berarti tidak bisa menyimpan harta. Walaupun kekayaan setinggi gunung, tetap akan habis juga.
Jangan pernah lupakan prinsip “Menyimpan angin, mengakumulasi energi.”
Salam.