RESOURCE

Dear Readers,

Pada pembelajaran Destiny, element yang melahirkan diri sering disebut sebagai 印 (yin). Memiliki arti harfiah jejak, tanda, namun sering ditranslasikan sebagai resource.

Resource, sesuai arti harfiahnya merupakan element yang merupakan akar atau jejak keberadaan seseorang. Eksistensi seseorang senantiasa tercipta dari element penyusunnya, seperti aliran sungai yang berasal dari sumber mata airnya.

Pada prakteknya, resource bisa berarti seluruh sosok atau sesuatu yang menciptakan diri seseorang. Menutrisi dan membangun keberadaannya. Orang tua (terutama ibu), guru, makanan, pembelajaran, obat-obatan, spiritualitas, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya merupakan element yang sering digambarkan sebagai bagian dari resource.

Mereka yang memiliki resource lemah, sering digambarkan sebagai sosok yang kurang berbudi, kurang perhatian, kurang beruntung, dan kurang bisa menikmati kehidupan yang nyaman. Seperti aliran sungai yang mata airnya terhambat, atau keruh, pastilah akan mengganggu kualitasnya.

Sedangkan jika seseorang memiliki resource yang cukup dan tepat, ia akan mudah mendapatkan kasih sayang, dukungan, pemenuhan kebutuhan, perhatian, kemudahan. Demikian sehingga memiliki resource sering dikaitkan mendapatkan berkah dan kebahagiaan.

Namun bagaimana jika resource berlebihan? Apa yang akan terjadi?

Kisah kali ini dimulai dari mimpi yang saya alami secara berulang-ulang. Mimpi yang garis besarnya sama, seorang klien bernama Mr Guo, duduk di kursi tamu kantor saya. Terkadang kami mengulang obrolan lalu, namun lebih sering ia hanya berdiam menatap kegiatan saya.

Mr Guo, telah meninggal dunia sekitar bertahun-tahun yang lalu. Sehingga kehadiran beliau secara berulang-ulang dalam mimpi ini, mau tidak mau menimbulkan tanda tanya pada diri saya.

Seni Destiny senantiasa saya bahas dan kaitkan kepada hal logis. Namun sulit untuk dipungkiri bahwa sering pada prakteknya, saya harus bersinggungan dengan ranah metafisik seperti yang saya alami kali ini.

Ingatan saya memutar ke moment sekitar satu dekade yang lalu, ketika saya pertama kali mengenal Mr Guo. Beliau adalah seorang pengusaha yang sangat disegani di kota tempat tinggalnya. Sedikit orang yang tidak mengenalnya. Selain karena kekayaannya, ia juga dikenal sebagai sosok yang dermawan.

Perkenalan kami terjadi atas undangan beliau yang meminta untuk melakukan audit FengShui rumah tinggalnya.

Setelah selesai melakukan pengamatan dan mencoret-coret denah, saya lalu menyampaikan. “Mr Guo, rumah kediaman anda tidak memiliki masalah major apapun yang membutuhkan pembenaran secara FengShui. Landform, lingkungan sekitar, sirkulasi energi, penyimpanan energi dan banyak hal krusial pada rumah ini sudah ditata dengan benar. Takutnya, peran saya tidak dibutuhkan disini.”

Mr Guo membalas dengan pandangan penuh arti. Lalu berkata, “Kekayaan dan kehormatan, bukan alasan saya mengundang anda pada hari ini. Kesehatan juga bukan concern saya. Di luar kedua hal ini, apakah menurut anda sama sekali tidak ada masalah lain?. 

Kalimat Mr Guo ini mau tidak mau membuat saya terdiam. Tampaknya sang tuan rumah hendak menguji kemampuan pengamatan saya, sehingga tidak mau langsung berterung terang mengatakan apa masalahnya. Sesuatu yang sesungguhnya jarang saya ladeni pada masa sekarang. Namun jiwa muda yang haus akan pembuktian diri ketika itu, menyambut tantangan ini dengan penuh semangat. 

Saya menjawab, “Jika anda tidak mencari kekayaan, kemakmuran dan kesehatan lagi, maka saya menduga masalah terletak pada anggota keluarga anda. 

Saya lalu menyambung, “Menilik dari bentuk rumah ini, saya bisa mengatakan bahwa masalah anda terletak pada anak lelaki tertua.”

Kalimat saya ini membuat Mr Guo tertegun sejenak, lalu bertanya, “Bagaimana anda bisa tahu?”

Saya menjawab tersenyum karena pertanyaan ini sudah sering saya dapatkan, “Rumah anda yang memberitahu saya.”

“Sungguh sulit dipercaya.” Mr Guo menyahut. Namun saya tahu kalimat ini beliau ucapkan bukan dengan niat jelek. “Apa yang diberitahu oleh rumah saya? Dimana salahnya?”

“Bentuk rumah anda kehilangan posisi anak lelaki tertua. Sehingga bisa dikatakan sulit untuk anak lelaki anda berjodoh dengan rumah ini.” Saya menjawab. “Setiap sektor dari BaGua melambangkan setiap penghuni rumah. Ayah, ibu, anak lelaki dan perempuan. Untuk anak, masih terbagi kepada anak sulung, tengah dan bungsu. Sehingga total ada delapan sektor yang melambangkan tiap penghuni rumah.”

“Dalam audit FengShui internal, hal pertama yang dilakukan oleh seorang Praktisi adalah menempatkan BaGua ke titik central rumah. Sehingga didapatkan pembagian rumah berdasarkan delapan sektor BaGua atau mata angin. Sisi mana yang kosong atau rusak, pastilah berdampak kepada sosok atau faktor yang bersangkutan.”

“Menurut anda, sektor mana yang rusak pada rumah ini?” Saya menutup uraian dengan menunjukkan kertas denah rumah yang telah saya coret-coret sebelumnya.

Mr Guo menepuk jidatnya, dan lalu menunjuk ke satu sisi rumahnya. Sektor Timur dari rumah tersebut kosong. Karena dipotong untuk menciptakan taman yang sangat besar di tengah rumah. “Sungguh menarik keilmuan FengShui ini! Anda merupakan orang pertama yang bisa langsung menebak masalah anak tertua saya hanya berdasarkan pengamatan rumah!”

Saya tersenyum sekali lagi dan menjawab, “Hal ini merupakan sesuatu yang standart. Setiap praktisi FengShui bahkan yang pemula seharusnya mengerti akan hal ini.”

Mr Guo menggeleng-geleng kepala menentang ucapan saya. “Yang saya alami bukan demikian. Anda adalah orang pertama yang bukan saja mengungkapkan hal ini, bahkan juga menjelaskan dasar teorinya.”

Sebelum beliau menyambung dan melantur terlalu jauh pada keluh kesah yang sepertinya hendak menjelekkan praktisi lain, saya memotong, “Mr Guo, mari kita lupakan yang sudah berlalu. Sudi kiranya anda bercerita bagaimana kondisi anak anda saat ini. Untuk kita bersama-sama mencari jalan keluarnya.”

Mr Guo adalah sosok yang sangat percaya kepada seni Destiny reading dan FengShui. Sedari muda, ia menjalin pertemanan dengan seorang Master BaZi yang dapat dianggap sebagai salah satu senior pada dunia destiny reading di Indonesia. Saya sering mendengar nama beliau, mengagumi beliau. Namun tidak ada jodoh pertemuan sebelum beliau meninggalkan dunia ini. Perkenalan hanya terjadi lewat ilmu yang diteruskan lewat tulisan tangan.

Mr Guo bersama sang Master adalah partner yang baik. Sedari muda banyak keputusan besar diambil oleh Mr Guo berdasarkan petunjuk sang konsultan tersebut. Tidak terasa, setelah kesuksesan demi kesuksesan, bisnisnya telah mencakup skala nasional.

Hubungan ini berlanjut sampai kepada generasi kedua. Ketika beranjak dewasa, anak sulung Mr Guo juga melakukan sesi destiny reading kepada sang Master. Berdasarkan petunjuk beliau, mengatakan bahwa sang anak hanya akan sukses jika jauh dari orang tua. Bukan sekedar jauh, namun minimal harus terpisahkan oleh lautan.

Alasan inilah yang membuat begitu menginjak sekolah menengah atas, Mr Guo muda, kita sebut saja William, melangkahkan kakinya untuk study ke benua Australia. Jauh dari orang tuanya, mengikuti saran sang Master untuk mencari kesuksesan di tanah orang.

Setelah studynya selesai, William tidak berencana pulang. Ia melanjutkan pencarian kesuksesannya pada negara tersebut. Mengejar karir dengan bekerja di perusahaan lokal. Sempat bergonta-ganti karir, kemudian ia memutuskan untuk mulai berbisnis sendiri. Menggunakan modal yang ia peroleh dari sang ayah.

Setelah berbagai profesi, setelah beberapa bisnis, dan setelah bertahun-tahun, kesuksesan masih belum tampak. Stagnan.

Pada sisi lain, di tanah air, sang Ayah yang telah jauh melewati usia paruh bayanya berniat untuk pensiun. Beliau meminta kepulangan sang anak untuk mulai belajar mewarisi berbagai bisnis yang ia miliki.

Permintaan ini ditolak oleh sang anak. 

Sedari kecil sang ayah selalu mewanti-wanti dirinya untuk mempercayai keberadaan Destiny Reading. Dan secara pribadi, William sangat mempercayai hasil pembacaan sang master tua. Ia bersikeras untuk mengejar menetap jauh dari kedua orang tuanya.

Penolakan berkali-kali sang anak sungguh membuat kesal Mr Guo. Ingin protes, namun protes kepada siapa? Sang master yang berpesan telah lama tiada. Kondisi ini menciptakan deadlock untuk kedua ayah dan anak. 

Sambil mendengarkan cerita Mr Guo, saya memplot dan mengamati BaZi chart milik William, anak Mr Guo tersebut.

“Berdasarkan cerita anda, saya mengambil kesimpulan bahwa anak anda saat ini masih berada di Australia?” Saya bertanya setelah Mr Guo menyelesaikan ceritanya.

“Benar. Ia masih bersikeras mengejar impiannya disana yang sampai sekarang tidak jelas. Menghabiskan waktu dan biaya!” Mr Guo menjawab dengan nada kesal.

Setelah diam sejenak, ia menyambung, “Tadi anda berkata bahwa secara FengShui, rumah ini menolak anak sulung saya? Berarti setelah diperbaiki, akan ada kemungkinan ia pulang kembali? Apakah rumah ini bisa menarik kehadirannya kembali?”

“Saya takutnya tidak sesederhana ini.” Saya menjawab Mr Guo, “Meski setelah rumah ini diperbaiki, menurut saya masih sulit untuk anak anda kembali dengan sendirinya. Hal ini tidak lain karena ada pola pikir pada anak anda yang harus diperbaiki.”

“Berdasarkan BaZi chartnya, anak anda lahir dengan resource yang terlalu banyak. Mendominasi dan beresiko untuk menekannya. Dukungan, perhatian dan kasih sayang yang berlebihan, malah beresiko untuk menciptakan arogansi dan sikap manja. Inilah yang mendasari sang Master teman anda untuk mendorong ia pergi hidup mandiri di tempat jauh. Sebab resource juga berarti orang tua. Menjauhkan dari orang tua, akan mempercepat kemandirian dan membentuknya dengan lebih baik.”

“Ahh… Rupanya demikian. Sungguh aneh, belasan tahun telah berlalu, sampai hari ini kami bahkan tak tahu alasannya.” Mr Guo menjawab, “Tadi anda menyebutkan bahwa orang tua bisa menekannya, jika ia kembali kepada kami sekarang, bukankah hal ini sama saja dengan menjerumuskannya?”

“Anak anda sudah melewati periode selatan yang membuat resourcenya menjadi terlalu tebal. Memasuki periode timur, disebut periode wealth. Sudah saatnya ia menerima warisan kekayaan, karir, dan tanggung jawab dari keluarganya.” Saya menjawab. “Ini merupakan saat yang tepat untuk ia kembali.”

Semula Mr Guo terkesan hendak menyanggah, namun ia berhasil menguasai dirinya. Lalu berkata, “Ya, anda benar. Ada banyak agenda yang saya rencanakan jika ia benar pulang kemari. Apakah anda ada ide, bagaimana untuk mengubah mindset-nya?”

“Di kota apa ia berdiam?” Saya bertanya.

“Melbourne. Ia kuliah dan kemudian berkarir disana.” Mr Guo menjawab singkat.

“Bulan depan saya memiliki jadwal untuk bertemu klien di Sydney, terkait beberapa pekerjaan. Apakah anda bisa memintanya untuk menemui saya disana?” Saya bertanya kepada Mr Guo. “Saya akan mencoba menjelaskan kepadanya dari sudut pandang destiny reading. Semoga bisa memberikannya sudut pandang yang lebih jelas.”

Tanpa berpikir Mr Guo menjawab dengan semangat. “Bisa! Bisa! Mohon kabarkan tanggal keberangkatan dan jadwal anda ketika disana. Saya akan mengatur pertemuan ini. Semua biaya biar saya yang menanggung!”

Demikian pertemuan kali itu kami tutup dengan saya menyelesaikan audit kediaman Mr Guo. Memperbaiki posisi sang anak sulung, dengan harapan menyempurnakan kembali keluarga yang terpisahkan ini.

Karena beberapa urusan, trip saya ke negara tempat anak Mr Guo tersebut harus tertunda. Dua bulan kemudian saya baru bisa menginjakkan kaki ke Sydney. Dan karena penundaan tersebut pula, William, anak Mr Guo tidak bisa datang ke Sydney untuk bertatap muka. Hal ini membuat setelah pekerjaan utama selesai, saya terpaksa harus menjemput bola ke Melbourne.

Setelah segala tetek bengek penjemputan, perkenalan dan perjalanan ke pusat kota, akhirnya kami duduk bertatap muka secara formal pada sebuah restoran. Berbincang sambil menikmati makan malam.

William adalah sosok berusia akhir 30an. Seperti layaknya chart mereka yang element tanahnya berlebihan, perawakannya pendek namun padat, memiliki sikap yang hangat, etika yang baik, namun sekaligus straight to the point.

“Meskipun saya telah lama tinggal jauh dari kampung halaman, namun saya telah mendengar nama anda lewat beberapa teman lama yang menetap di Indonesia.” William membuka pembicaraan. “Siapa sangka hari ini jodoh pertemuan tercipta atas rekomendasi ayah saya.”

Mendengarkan ucapan ini saya manggut-manggut. Tidak heran jika sang klien baru ini telah melakukan background check sebelum memutuskan untuk bertemu. Saya menjawab sambil tersenyum, “Semoga saja reputasi yang anda dengar bukan mengenai hal buruk.”

“Tidak, tidak. Beberapa teman malah merekomendasikan pertemuan kita kali ini.” William cepat menjawab. “Ayah saya menginfokan bahwa anda sudah menyimpan chart saya? Mohon ceritakan apa yang anda dapat simpulkan dari chart tersebut?. 

“Sudah waktunya anda pulang.” Saya berkata singkat.

“Ha?” William sedikit terkejut dengan jawaban direct saya. “Apakah kalimat anda barusan ini, berdasarkan saran dari ayah saya?. 

“Meski beliau merindukan kepulangan anda, namun ucapan saya barusan murni berdasarkan tinjauan chart BaZi anda.” Saya menjawab.

“Mungkin anda belum tahu, namun ada alasan di balik pencarian diri saya di negara ini.” William menjawab.

Ia lalu menceritakan hal yang sama dengan apa yang pernah diceritakan oleh orang tuanya beberapa waktu lalu. Sedikit banyak saya lega, karena alasan yang ia utarakan sama dengan sang orang tua. Yaitu perantauannya adalah saran dari sang Master BaZi yang belasan tahun lalu pernah memberikannya arahan.

“Dalam kehidupan, seorang yang bijaksana haruslah jeli melihat arah angin dan kapan kesempatan itu datang. Saat ini, anda sudah memasuki periode wealth. Sehingga sudah saatnya anda mewarisi apa yang hendak diberikan oleh orang tua anda. Cepat atau lambat anda akan mewarisi bisnis tersebut. Sehingga akan sangat bijak jika anda bisa mulai belajar mewarisinya saat orang tua anda masih ada dan bisa memberikan bimbingan.”

Mereka yang memiliki resource berlebih, adalah sosok yang mudah dipengaruhi oleh sekitar. Menyukai sanjungan dan kata-kata indah. Ini sebabnya, untuk menyelamatkan egonya, saya menyambung. “Anda memiliki kemampuan, namun lokasi tempat anda berdiri tidak tepat. Selama ini anda menyangkul di tempat yang salah, sehingga tidak mampu memberikan hasil yang baik.”

Mendengarkan hal ini William seperti mendapatkan alasan untuk kegagalannya. Ia spontan berkata, “Benar sekali! Terus terang saya heran, mengapa sekian lama saya tinggal disini seakan menemui banyak rintangan. Apapun yang saya kerjakan sulit untuk mendapatkan kesuksesan!”

“Berarti sang Master teman ayah saya itu membaca BaZi saya dengan keliru?” William lalu bertanya lagi.

“Sang Master tersebut tidak salah.” Saya menjawab, “BaZi anda memang tidak cocok untuk tumbuh dekat dengan orang tua. Namun sayang beliau meninggal terlalu cepat, sehingga tidak bisa menyampaikan kepada anda secara langsung, bahwa moment untuk menempah diri di tempat jauh telah usai. Pembelajaran dan pengembangan diri anda telah selesai, kemampuan anda sudah cukup untuk mewarisi tahta.”

Mendengarkan hal ini William menunjukkan ekspresi bangga. “Katakanlah saya memutuskan untuk pulang. Menurut anda apakah saya bisa sukses?”

“Sukses sulit untuk terjadi dengan sendirinya.” Saya menjawab, “Anda masih harus belajar banyak dari ayah anda. Pelajari segala seluk beluk bisnis dan bagaimana cara ia membangun kerajaan bisnisnya sampai sebesar saat ini. Teladani segala hal baik yang beliau miliki, lalu jalankan bisnisnya dengan semangat muda dan pandangan luas yang anda dapatkan selama berada di negri orang. Dengan demikian, bisnis beliau yang sudah mencapai titik puncaknya, akan menemui energi baru untuk mendaki ke puncak yang lebih tinggi!”

Kalimat saya ini meski terkesan memuji, namun adalah kondisi yang perlu diucapkan. Sebab mereka yang memiliki resource berlebih adalah sosok yang memiliki harga diri dan gengsi tinggi. Memberikannya sebuah cara pandang baru, haruslah mampu menggelitik egonya.

“Terus terang, sesungguhnya saya lama telah merencanakan untuk pulang. Namun sungguh sangat memalukan jika saya pulang tanpa membawa kesuksesan. Saya tidak ingin dikatakan pulang setelah gagal di negri orang, lalu kembali untuk mencari perlindungan orang tuanya.” William akhirnya menyebutkan alasan kedua yang membuat ia bersikeras tidak ingin pulang.

“Saya juga akan melakukan hal yang sama.” Saya menjawab sambil mengangguk. “Apalagi saat ini saya melihat bahwa anda sedang stuck. Berada di tengah sebuah masalah yang membuat maju salah mundur juga salah.”

Mendengar hal ini, William sedikit terkejut, “Bagaimana anda bisa tahu? Saya bahkan tidak menceritakan mengenai seluk beluk bisnis saya dengan ayah saya.”

“Tidak sulit. BaZi chart anda yang memberitahu. Namun sudikah anda bercerita apa masalah anda secara spesifik? Agar sedikit banyak saya bisa memberikan pandangan?”

Saat itu, William lalu bercerita bahwa ia sedang merencanakan untuk membangun sebuah apartment. Tidak tinggi, hanya sekitar 5 lantai yang berisi unit yang juga tidak banyak. Puluhan unit kamar apartment yang namun cukup luas dan juga mewah.

Tanah berikut bangunan telah ia beli, namun sejauh ini banyak masalah berasal dari perizinan. Menurutnya, persoalan izin membangun pada negara tersebut terlalu strict dan mendetil. Banyak biaya telah dikeluarkan, yang namun seakan tiada habisnya. Persyaratan yang satu diikuti oleh persyaratan yang lain. Sulit untuk mendapatkan approval penuh dari pemerintah kota.

“Saya bisa membantu anda menyelesaikan masalah ini. Sekaligus memastikan bahwa penjualan project anda berjalan dengan lancar.” Saya berkata setelah William selesai mengutarakan permasalahannya.

“Mohon petunjuk anda. Jika memang bisa seperti yang anda utarakan, kedepannya saya akan mengikuti apapun saran anda!” William berkata dengan semangat.

“Deal.” Tanpa membuang waktu saya menjabat tangannya. 

Tak butuh lama untuk project yang membuatnya pusing tersebut kemudian mendapatkan izin dari City council. Dan tidak butuh lama pula untuknya mendapatkan pembeli yang potensial, yang bahkan bersedia untuk melakukan deal informal sebelum bangunan selesai dibangun dan dipugar. William mendapatkan kesuksesan pertamanya di negri orang.

Sesuai dengan janjinya, ia meminta saran kepada saya. Apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Dan sesuai dengan tujuan awal saya pula, saya memintanya kembali ke kampung halaman, dan mewarisi apa yang hendak diteruskan oleh orang tuanya. Sementara perusahaan yang berada di Australia tetap ia pertahankan untuk mengerjakan project selanjutnya.

Mr Guo, sang ayah sangat berterima kasih kepada saya. Keinginan terbesar beliau telah tercapai. Dan bahkan beliau meminta saya berjanji untuk mendampingi sang anak seumur hidup. Memberikan saran dan bantuan ketika dibutuhkan oleh William.

Saya mengamini hal ini, dan menyatakan kesediaan saya. Satu hal karena permintaan Mr Guo, namun hal lainnya adalah karena saya mengerti bagaimana bahayanya mereka yang memiliki resource berlebihan. Terlalu polos, gegabah, dan mudah sekali untuk mengambil keputusan yang salah. Hal ini menjadi semakin berbahaya dikarenakan ia kini memiliki aset dalam jumlah yang sangat besar, pastilah akan bertemu dengan banyak sosok yang hendak menjerumuskan dan memanfaatkannya. Sedikit kata-kata manis dan pujian saja, mudah untuk membuatnya terlena.

Ini pula yang membuat saya kemudian menghabiskan beberapa waktu untuk mengikuti dan memberikan saran secara lebih intense kepada William setelah kepulangannya ke Indonesia. Mempersiapkannya untuk beradaptasi, sekaligus menerima kepercayaan sang ayah.

Hal ini berlangsung selama hampir dua tahun. Di tengah kesibukan dan agenda saya, selalu menyempatkan diri untuk terhubung dengan keluarga Guo. Tanpa disadari saya menjadi sangat akrab dengan keluarga tersebut.

Tak lama kemudian, Mr Guo jatuh sakit. Pada moment ketika beliau sedang dirawat, beliau meminta saya berjanji sekali lagi. Bahwa meski sesibuk apapun, dan berada dimanapun, ketika sang anak membutuhkan, saya akan hadir. Bahkan saya berjanji setiap akhir tahun tanpa diminta untuk menuliskan BaZi report William dan anak istrinya. 

Tak berapa lama setelahnya Mr Guo menutup mata. Meninggalkan William yang mewarisi seluruh bisnis dan kekayaannya.

Waktu berlalu, Karena berbagai kesibukan, saya cukup lama tidak melakukan kontak langsung dengan William yang saya kira juga sangat sibuk menyangkut suksesi bisnis setelah kepergian ayahnya. Namun seperti janji saya, setiap akhir tahun report reading selalu saya kirimkan via email.

Sampai pada sebuah penghujung tahun, William menghubungi saya. Setelah berbasa-basi, ia berkata bahwa mulai tahun tersebut, saya tidak perlu mengirimkan lagi report reading.

Mendengar hal ini, meskipun kaget, saya mencoba menanyakan sebabnya. William menjawab, bahwa menurut seorang “Suhu” yang sangat ia percayai, Destiny reading adalah sesuatu yang tabu. Karena membocorkan rahasia langit, dan dapat berakibat negatif untuk keluarganya.

Peristiwa seperti ini sering terjadi. Dimana setelah seseorang mendapatkan kesuksesan duniawi, pengejaran kehidupan setelah mati lah yang menjadi fokus yang lebih besar. Bukan saja sekarang, namun juga sering terjadi sepanjang sejarah destiny reading dari zaman ke zaman. Menciptakan istilah, “貧算命,富燒香” – Orang miskin melakukan destiny reading, orang kaya membakar dupa.

“William, saya menghargai pendapat anda dan suhu anda.” Saya menjawab dingin, “Namun perlu saya sampaikan bahwa saya tidak akan berhenti mengirimkan Report reading setiap tahun untuk anda. Ini adalah janji saya kepada almarhum ayah anda. Mengenai apakah anda membacanya, atau membuangnya, semuanya terserah anda.”

Mendengar hal tersebut, William terdiam dan tidak berkata apapun. Setelah situasi yang canggung selama beberapa saat, saya pun pamit dan menutup telepon. Sambil memberikannya pesan untuk bertindak lebih tajam dan kritis, tidak mudah terbuai situasi.

Sejak peristiwa tersebut, otomatis hubungan saya dengan William hanya terjadi melalui report reading yang saya kirimkan setiap tahun. 

Tahun demi tahun, report yang saya tuliskan semakin bernuansa negatif untuk peruntungan William. Bukan karena ada perasaan tidak enak, namun dikarenakan memang siklus peruntungannya yang sedang turun. Harus bertemu dengan tahun yang tidak baik. Dalam setiap report, senantiasa saya sisipkan pesan dan instruksi untuk bagaimana memaksimalkan tahun yang tidak baik yang sedang dan akan dilaluinya. 

Inilah latar belakang hubungan saya dengan keluarga Mr Guo.

Kembali pada awal cerita, Mr Guo telah berkali-kali muncul dalam mimpi saya. Mau tidak mau membuat saya merasa pastilah ada kaitan dengan sang anak sulung tersebut. Setelah mencari info, saya mengetahui bahwa kondisi William sangat lah jauh dari yang diharapkan. Kabar yang terdengar, ia sedang kesulitan keuangan dan harus menjual banyak aset yang diwariskan oleh sang ayah. Pabrik, lahan, kebun, semuanya harus dilepas untuk menutupi hutang bank yang menumpuk.

Hal ini sebenarnya sungguh tidak masuk akal. Bisnis yang diwariskan Mr Guo adalah sebuah bisnis yang sustainabilitynya tinggi, dan bahkan hampir tidak mungkin merugi. Namun kenyataan berkata lain. William jelas membutuhkan bantuan, dan mungkin inilah yang melatarbelakangi kehadiran Mr Guo pada mimpi-mimpi yang berulang tersebut.

Malam itu, saya memimpikan Mr Guo lagi. Namun kali ini saya berkata, “Mr Guo, saya mengerti bahwa kedatangan anda adalah untuk meminta saya membantu anak anda. Namun saya tidak memiliki jalan dan kesempatan untuk melakukan hal tersebut jika tidak diminta yang bersangkutan.” 

Mr Guo seperti mimpi yang lain, hanya diam mendengarkan.

“Dibanding selalu datang ke mimpi saya, akan lebih baik jika anda mengunjungi William. Dan sampaikan kepadanya untuk mencari dan meminta bantuan saya. Seperti janji saya kepada anda, dimanapun saya berada, saya akan selalu siap jika ia membutuhkan.”

Mimpi tersebut berakhir tak lama setelah kalimat ini.

Tidak mengerti apakah kebetulan, atau memang ada alasan mistis di baliknya. Beberapa hari kemudian, William menelpon saya. Meminta kesediaan saya untuk bertemu, dan membantunya. 

Artikel panjang kali ini, saya tuliskan pada perjalanan pesawat menuju kota tempat William berdomisili. Namun cerita tidak berakhir disini, saya yakin akan ada pengalaman lain yang bisa saya bagikan mengenai kehidupan William pasca kehilangan kontak dengan saya. 

Saat ini, biarlah kisah chart yang kelebihan Resource berakhir disini. Sebab esensi pelajaran yang diberikannya, telah terpenuhi.

 

Salam.